Surabaya, 14 Maret 2023 menjadi salah satu perjalanan yang akan dikenang ratusan ultracycling enthusiast lain. East Java Journey, sebuah event yang menantang pesepeda tanah air untuk melakukan perjalanan lintas kota mengelilingi provinsi Jawa Timur. Dengan rute lengkap, dari pantai utara hingga pantai selatan, sisi paling barang hingga paling timur dari Jawa Timur, semua dilalui. Tak hanya itu, peserta juga menjadi saksi suguhan indah pemandangan alam, gunung Semeru, perbukitan Pacitan-Trenggalek, hingga Jalur Lintas Selatan dengan view pantainya yang memesona.


Rute East Java Journey (EJJ) 2023. Sumber: Instagram @nusantara_procycling

Di East Java Journey kali ini, Muhammad Ridwan dan Woro Fitriyanto – dari Nusantara Pro Cycling Team – turun melawan 106 pesepeda lain. Mereka masuk pada kategori Men 39 and Under dengan rute 1.200 km dan total elevasi 8.500 m. Melihat pengalaman mereka di berbagai race, Ridwan yang berhasil meraih podium 2 pada Kejurnas ITT U23 tahun 2022 lalu, dan Woro dengan gelar champion-nya pada kejuaraan Tour Semeru 2022, sebenarnya ini adalah event ultra-cycling pertama yang mereka ikuti.

Meski belum berpengalaman,mereka berhasil menjuarai East Java Journey ini sebagai finisher pertama dan kedua, mengalahkan ratusan ultra cyclist enthusiast lain dengan total waktu yang juga jauh di bawah cut-off time (COT)

Bersepeda Jarak 1.200 Kilometer dengan Waktu di Bawah 60 Jam


Ridwan dan Woro disambut antusias oleh penonton di garis finish

Meskipun sempat mengalami crash ketika hampir tiba di finish point, Ridwan tetap berhasil menyelesaikan 1.200 km di posisi pertama dengan total waktu 58 jam 57 menit, disusul dengan Woro di posisi kedua yang berhasil menutup East Java Journey dengan total waktu 59 jam 17 menit. Sebuah cetakan langka bagi cyclist yang sudah biasa berkecimpung di ultra-cycling sekalipun.

Mengatur pola istirahat yang minimal secara optimal menjadi salah satu kunci mereka berhasil memenangi race ini. Ridwan dan Woro tidak banyak istirahat. Mereka hanya tidur selama 1-2 jam saja agar tetap bisa menjaga perbedaan jarak dari peserta lain di belakang mereka.

“Agar bisa mengatur tempo dan tidur, agar tidak ketinggalan,” ucap Ridwan dalam wawancaranya bersama Mainsepeda setelah ia tiba di finish.

Persiapan dan ketahanan yang dibutuhkan dalam ultra cycling jauh berbeda dari race. Ada banyak hal teknis di lapangan yang harus mereka atur agar bisa menyelesaikan race dengan baik. Seperti sepeda, barang bawaan, pola makan, dan pola tidur.

Lalu, apa strategi yang dilakukan oleh Nusantara Team?

Persiapan Adalah Kunci Utama dari Bersepeda Jarak Jauh

Kami kemarin sempat prepare untuk tahu rutenya juga. Jadi kita tahu medannya. Lebih ke persiapan yang teknis aja.

-Rastra Patria, team manager Nusantara Pro Cycling Team

Berbeda dengan race, jika ditanya tentang strategi, maka tidak ada strategi khusus yang dilakukan oleh Nusantara Team dalam East Java Journey kali ini. Pada dasarnya ultra cycling fokus pada daya tahan, bukan speed seperti race pada umumnya. Maka dari itu, beberapa minggu sebelumnya, Ridwan dan Woro fokus melatih endurance mereka.

Selain endurance, hal penting lain dalam persiapan adalah teknis. Rastra, team manager dari Nusantara Pro Cycling Team, melakukan penghitungan detail dari proses bike fitting dan setting sepeda. Dalam ultra cycling, sepeda menjadi teman perjalanan rider selama berjam-jam, maka fitting dan setting sepeda menjadi persiapan dasar dan krusial.

Di East Java Journey kali ini, Ridwan dan Woro menggunakan sepeda Polygon Helios A8X. Sebuah sepeda dengan desain geometri all-rounder, sehingga nyaman untuk digunakan dalam kondisi medan apapun, terlebih ultra-cycling yang menjelajahi ratusan kilometer jauhnya dengan beragam medan.

Persiapan ini tentunya juga diimbangi dengan latihan yang memadai. “Hampir tiga minggu kemarin latihannya memang untuk event ini,” ucap Rastra dikutip dari tayangan live-nya bersama Mainsepeda.

Rastra juga membagikan setting dari sepeda kedua atletnya ini dalam laman Instagram @nusantara_procycling.

Kesan-Pesan EJJ 2023: Rute Pacitan-Trenggalek Tetap Menjadi ‘Favorit’

Sepakat dengan peserta lain, Ridwan dan Woro kompak mengatakan bahwa rute Pacitan-Trenggalek via pantai Soge adalah medan paling berat dari keseluruhan rute dengan total elevasi hingga 2.000 meter. Tanjakan tiada akhir – mungkin itu julukan rute Pacitan-Trenggalek bagi peserta East Java Journey.

“Kok, tanjakannya nggak habis-habis. Siapa yang buat rute ini? Apa pernah coba (riding di sini)?” keluh Woro ketika ia mengilas balik perjalanannya di Pacitan kemarin.

Sedangkan bagi Ridwan, tanjakan lain di Lumajang-Alas Gumitir menjadi salah satu rute yang paling dinikmati karena lebih elevasi yang lebih bersahabat sehingga ia bisa lebih fokus pada sajian pemandangan yang indah. “Malah lebih bisa menikmati keindahannya,” ungkapnya.

What you can read next