Sabtu, 24 Juni menjadi ajang bagi pesepeda dan adventurer Jabodetabek untuk mencicipi bersepeda sambil camping dalam acara Polygon Bikepackers Bogor. Seperti biasa, sebanyak 90 peserta kembali dibikin ‘ampun-ampun’ dengan rute Bikepackers kali ini.

Masih membawa misi yang sama dengan sebelumnya, Polygon Bikepackers – sebuah acara yang menggabungkan bersepeda dengan camping – ingin mengenalkan cara yang berbeda dan fresh dari acara adventure lain. Dan kali ini tak hanya bagi cyclist, Polygon Bikepackers juga mengajak komunitas pecinta lingkungan, hingga keluarga untuk bisa merasakan kehangatan dan keseruan acara bersama.

Apalagi yang Dicari dari Bogor Jika Bukan Rute Tanjakan dan Blusukannya?

Benar! Tanjakan dan blusukan yang menyuguhkan banyak single track ini menjadi pemandangan tersendiri bagi peserta Bikepackers Bogor. Rute yang hampir menyentuh 30 kilometer ini, 35% dipenuhi dengan unpaved road. Dan rute single track di area pemukiman warga, perkebunan, hingga hutan yang menyentuh derajat elevasi 15%, menjadi salah satu tantangan terberat yang harus ditaklukkan peserta Bikepackers.

“Saya sampai hampir nyasar ke rumah orang!” ucap peserta lain sambil memperagakan dirinya yang terkejut sampai di halaman rumah orang sambil melihat ke cycling GPS miliknya.

“Di maps cuma 30 kilo, dikira gampang, ternyata luar biasa, rutenya bikin ngos-ngosan!” ucap gravel enthusiast dari Bandung, Rizal Affif, setelah berhasil menaklukkan rute Bikepackers Bogor kali ini.

Menuju checkpoint pertama, peserta masih diajak pemanasan dengan rute tanjakan ringan kota Bogor dengan elevasi tertinggi 7%. Setelah 14,6 kilometer, peserta tiba di checkpoint pertama, Masjid Al Huda, untuk melakukan isi ulang air minum maupun snack bar. Perjalanan dilanjutkan dengan rute yang lebih menantang! Menjelang checkpoint 2, peserta kembali dihadapkan dengan tanjakan single track kanan-kirinya berdempetan dengan rumah warga, dan langsung dilanjutkan dengan single track hutan, yang elevasi tertingginya menyentuh 10%!

Puncak kejutan rute ada pada 6 kilometer terakhir, di mana peserta harus menaklukkan tanjakan dengan elevasi 330 meter, dengan medan full bebatuan sejauh 2,1 kilometer. Tetapi di balik ‘penderitaan’ itu, gelak tawa sesama peserta yang akhirnya memilih untuk menuntun sepedanya terasa begitu hangat dan erat.

Tak hanya itu, peserta juga diajak berkeliling mengenal lebih jauh icon kota Bogor, seperti Tugu Kujang, hingga menyusuri aliran sungai dari Bendungan Katulampa, sebelum akhirnya dimanjakan dengan pemandangan indah menuju Puncak Halimun Camp di kaki gunung Pangrango. Terbayar lunas sudah lelah dan keringat peserta!

Pro tips! 

  • Gunakan sepeda dengan ban 26” atau 29” dan tentunya memang sudah siap untuk medan light off-road.
  • Minimalism and lightness motto is key! Bawa tas bikepacking yang kuat, tenda yang ringan, perlengkapan berkemah dan bersepeda, serta pakaian yang cocok.

Kamu bisa baca lebih lanjut di Bikepacking 101 maupun Touring 101 berikut!

Giving Back to Community: Ini yang ditunggu-tunggu adventurer! 

Tak hanya menyajikan rute yang menantang, acara Bikepackers dilanjutkan kemasan acara menarik lainnya. Sesampainya di Puncak Halimun Camp, peserta disambut dengan tarian tradisional dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya bersama-sama.

Tak hanya bersepeda, peserta lanjut mempelajari single rope technique (SRT), di mana mereka harus bisa menaiki atau menuruni rintangan seperti tebing dengan bantuan tali. Di sini peserta bebas melakukan percobaan akan teknik SRT yang diajarkan oleh tim outdoor & extreme sport enthusiast.

Menjelang malam – menjadi yang ditunggu-tunggu oleh peserta – dilanjutkan dengan sharing pengalaman Rizal Affif bersepeda gravel. Meskipun sempat diguyur hujan serta hawa dingin khas kota Bogor, peserta tetap menyambut hangat acara sharing ini. Kali ini Rizal Affif, atau akrab disapa Kang Affif, membagikan pengalamannya selama sepuluh tahun lebih ia bersepeda.

“Istilah gravel pertama kali muncul ketika sekumpulan orang yang suka bersepeda, tetapi mereka tidak mau bersepeda di jalanan aspal saja. Mereka ingin belok ke jalan yang lebih sepi untuk mencari experience yang berbeda,” jelas Kang Affif di awal pembicaraannya.

Baginya, dengan bersepeda gravel ia bisa menemukan banyak pemandangan, pengalaman, dan keindahan spot-spot tersembunyi yang tidak bisa ia dapatkan melalui moda transportasi apapun. Karena pengalaman berkesan inilah, Kang Affif mulai membagikan rute dan perjalanannya ke laman Instagramnya.

Lihat perjalanan lengkap Rizal Affif di akun instagramnya @pedallingcoasting!

Akhir sharing ditutup dengan soft launching dari sepeda gravel terbaru Polygon, yaitu Polygon Bend Series. Hendra Soetantyo dari Product Executive Polygon Bikes menjelaskan sekilas sneak peek keunggulan sepeda yang sudah dinanti-nanti oleh adventurer selama satu tahun terakhir ini.

“Terakhir setelah kami me-release produk Path X pada tahun lalu, sebuah sepeda yang menggabungkan urban dengan adventure ini, ternyata feedback dan masyarakat sangat baik. Mereka ikut menanti-nantikan line-up sepeda gravel kami yang telah lama dicari, yaitu sepeda Bend,” ucap Hendra Soetantyo pada awal pengenalan sepeda Polygon Bend Series.

Kang Affif yang berkesempatan menjadi orang pertama yang mencicipi Bend Series ini pun menceritakan pengalamannya selama riding dari Rodalink Siliwangi ke Puncah Halimun tadi.

“Jujur, ini kali pertama saya bikepacking. Dan ternyata untuk bikepacking, sepeda harus bisa mengakomodir banyak kebutuhan kita selama camping, sehingga membutuhkan banyak mount dan space yang cukup untuk membawa barang, sekaligus ringan dan nyaman untuk digunakan di berbagai medan. Dan Bend Series menyediakan itu semua,” papar Kang Affif.

And it’s done! Hari pertama berlangsung dengan antusias hangat peserta. Malam hari ditutup dengan acara Night Orienteering yang menjadi salah satu icon dari Bikepackers. Seluruh peserta secara beregu mengaplikasikan secara langsung apa yang sudah dipraktikan bersama ahli serta ilmu yang dibagikan oleh pembicara dalam Night Orienteering. Antusias masih sangat hangat walau sempat terjadi hujan deras menjelang malam hari.

Giving Back to Earth: Mengajak Peserta untuk Peduli Lingkungan

Tak hanya seru-seruan, Polygon juga tak henti mengingatkan kembali peserta akan pentingnya alam dalam setiap kehidupan manusia. Alam telah memberikan sajian keindahannya yang bisa dinikmati oleh kita, maka dari itu, kita juga harus bisa menjaga dan memberikan kembali kepada alam. Dari alam, untuk alam. 

“Salah satu hal yang bisa kita lakukan adalah mengurangi emisi dengan bersepeda,” ucap Bang Ipul, salah satu perwakilan dari WWF Indonesia yang menjelaskan lebih jauh tentang sampah dan perubahan iklim. “Sampah plastik di sungai-sungai juga menjadi masalah lingkungan. Menggunakan tumbler, itu juga bisa untuk mengurangi sampah plastik yang berpotensi merusak lingkungan.” 

Acara pun ditutup dengan pelepasan unggas sebagai simbolik dan janji kami akan kepedulian terhadap alam.

What you can read next