“Rute Bikepackers Jogja kali ini betul-betul berbeda dari 2022, di mana semakin ke sini Inisiator sekaligus Project Manager dari Bikepackers, Nurul Ilmi, ingin membawa peserta semakin merasakan ‘bikepacking’-nya. Rute menuju Sinolewah dari Rodalink Jogja Barat di Wates menyuguhkan kombinasi rute syahdu pedesaan, rute penuh bebatuan sejauh sekitar 500 m, rute singletrack yang becek pasca hujan, dan rute challenging dari tanjakan di Kaliurang, hingga berakhir di Sinolewah Camping Ground yang luas dan hijau…”

Seratus pesepeda beserta keluarga dibuat “ampun-ampun, tapi ketagihan!”

Kegiatan bikepacking adalah cara seru untuk mengombinasikan hobi bersepeda sembari mencentang ‘2023 coba camping dan bertualang’ di wishlist. “Bertualang dengan sepeda, saya merasa bisa lebih mengenali diri sendiri, tau kapasitas diri bisanya sampai mana, sekaligus bertemu banyak orang yang berbeda-beda, sehingga kita belajar bagaimana cara ngobrol dengan berbagai macam orang,” tutur Kang Jaro, salah satu pembicara Bikepackers yang rencananya akan berkeliling Vietnam bersama Polygon dan Eiger nanti.

Diadakan bersama dengan seluruh pecinta outdoor activities, komunitas pecinta lingkungan, hingga keluarga dalam rangkaian kegiatan 2 hari 1 malam, dan terbatas hanya untuk 100 peserta; Polygon berharap semua peserta bisa kembali ke alam sejenak untuk merasakan keguyuban dalam komunitas, rute yang menantang, sekaligus merayakan keberhasilan bersama.

Di hari pertama (25/2), 100 peserta mulai perjalanan dari Rodalink Jogja Barat di Wates, Yogyakarta pukul 07.00 dan menempuh total 39 km perjalanan selama kurang lebih 4 jam sampai ke Sinolewah Camping Ground yang terletak di kaki Gunung Merapi, Cangkringan, Yogyakarta. Ooh! Dan favoritnya, rute ini melewati rute berbatu, rute single track yang sudah becek, jembatan yang berair karena juga dilewati oleh aliran sungai yang setara tingginya dengan jembatan, gradien tanjakan tertinggi sebesar 7% serta maksimum elevasi sebesar 700 m!

Pada 10 kilometer menuju check point pertama di Lapangan Perkutut Ngrenak, peserta masih merasakan panas matahari yang terik dan menusuk dengan elevasi yang masih mudah yaitu dengan titik tertinggi di130 m. Namun ketika bergerak maju sedikit lagi, seluruh pesepeda bisa merasakan peralihan dari aroma perkotaan serta pasar lokal menjadi aroma kandang ayam dan sapi, panas matahari yang menyengat menjadi mendung dengan angin sepoi-sepoi, dan pemandangan dari jalan raya beraspal menjadi jalan pedesaan yang berkerikil.

Dengan masih antusias, pesepeda menempuh 15 kilometer selanjutnya menuju check point kedua. Pemandangan menjadi 100% sawah, kiri kanan rumah warga dengan pohon rambutan di mana-mana, dan tanaman liar. Tak melupakan single track yang becek karena hujan di malam sebelumnya dan jembatan yang menyuguhkan pemandangan sungai besar di bawah, peserta dibawa semakin jauh dari kehidupan kota dan beralih ke menemui warga desa yang juga senang menemui orang-orang baru yang berkunjung melihat indahnya rumah mereka. Setelah melewati 25 kilometer ini, peserta disuguhkan dengan dinginnya hawa dari salah satu tempat favorit bocah-bocah setempat untuk memancing ikan – Embung Jetis Suruh, Kecamatan Ngaglik, Sleman.

Elevasi dari rute menuju checkpoint kedua yang tadinya tanpa disadari sudah terlewati, kali ini di kilometer selanjutnya hingga mencapai titik finish, tanjakan menjadi sangat terasa dan terlihat jelas di depan mata. Peserta melewati jalanan Kaliurang yang terkenal dengan elevasinya, menemui suara banyak jeep lewat diiringi sorakan senang dari wisatawan yang akan menikmati Lava Tour Merapi, sekaligus pemandangan air terjun. And yes, tentunya sempat disuguhkan untuk melewati jembatan berair yang dilewati oleh sungai dan medan menjadi 80% berkerikil dengan kontur tanah yang sudah basah dan becek (wink).

YEEEEAAAAAHHH!” Akhirnya di pukul 11.00 siang, sorakan dari Wendy sebagai finisher pertama memecah keheningan di lokasi finish dan diiringi dengan sorakan dan tepuk tangan dari anak-anak yang juga menunggu orang tua mereka untuk sampai di Sinolewah Camping Ground.

Rute Sinolewah kali ini bisa dibilang merupakan rute intermediate to advanced level, dengan total keseluruhan medan 70% gravel, namun rute ini masih bisa dilalui oleh pesepeda, sehingga tidak perlu khawatir dan ragu untuk mencoba!

Pro tips!

  • Gunakan sepeda dengan ban 26” atau 29” dan tentunya memang sudah siap untuk medan light off-road.
  • Minimalism and lightness motto is key! Bawa tas bikepacking yang kuat, tenda yang ringan, perlengkapan berkemah dan bersepeda, serta pakaian yang cocok.

Kamu bisa baca lebih lanjut di Bikepacking 101

Paket lengkap untuk peserta Bikepackers 2023: Giving back to Community

Selain belajar dari rute perjalanan ke Sinolewah, seluruh peserta juga banyak belajar dari seluruh rangkaian acara. Dimulai dengan mengumandangkan Indonesia Raya, tarian tradisional, dan alunan angklung; peserta diajak untuk kembali berterima kasih kepada Indonesia atas alamnya yang luar biasa, kembali mengapresiasi budaya dan menghormati alam. “Karena bumi yang bersih tidak akan ada, tanpa komunitas pesepeda, komunitas yang cinta lingkungan, dan komunitas yang menghargai budaya,” tutur Veronica Vivin, Brand Marketing Polygon dalam sambutannya.

Namanya juga untuk merasakan rasanya kembali ke alam, peserta pun dalam setiap kesempatan diarahkan untuk sekaligus belajar bagaimana hidup di alam bebas! Mulai dari bagaimana mendirikan tenda, menyalakan api sampai memasak dengan bahan seadanya, dan bagaimana bisa menyelamatkan orang dengan Single Rope Technique yang diajarkan dengan praktik langsung bersama ahlinya.

Malam harinya (25/2), di tengah gerimis hujan, seluruh panitia dan pesepeda menyimak kembali sharing dari Kang Jaro yang sudah berpengalaman dalam bikepacking dan bike touring, serta Wendy yang sempat vakum karena kondisi tubuhnya dan kembali lagi bersepeda untuk meningkatkan imunnya. Keduanya berbagi ilmu terkait bagaimana manajemen dalam bikepacking dan apa manfaatnya dari yang telah mereka lalui selama beberapa tahun ke belakang untuk peserta baik yang baru memulai maupun yang sudah terbiasa.

“Sebelum berangkat touring atau bikepacking, kita penting punya data. Data rutenya seperti apa, sekitarnya seperti apa. Saat itu saya pernah perjalanan dan minim bawaan namun saya tau bahwa saya bisa minta tolong dan ngobrol dengan warga sekitar,” ungkap Kang Jaro. Melalui setiap perjalanan dengan sepeda, sebetulnya ada 3 hal yang kita lalui dan benar dirasakan juga dalam Bikepackers, yaitu pengalaman, pemandangan, dan koneksi.

Wrapped up hari pertama! Seluruh peserta secara beregu mengaplikasikan secara langsung apa yang sudah dipraktikan bersama ahli serta ilmu yang dibagikan oleh pembicara dalam Night Orienteering. Antusias masih sangat hangat walau cuaca dingin disertai gerimis.

Paket lengkap untuk peserta Bikepackers 2023: Giving back to Earth

Sampai di hari berikutnya (26/2), peserta diajak kembali menghargai alam. Dr. M. Ali Imron sebagai Director of Wildlife & Forest Program WWF Indonesia, menyampaikan, “kalau kita menanam per anggota keluarga 1 pohon, atau menanam tiap 1x1m sebanyak 1 pohon jadi bisa ada 10,000 pohon 1 hektar. Itu kekayaan kita, di mana kekayaan harus dimanfaatkan misal dalam kepentingan pembangunan, namun jangan sampai kita kehabisan,” ungkapnya. “Kalau kita kehilangan pohon, kita kehilangan kesempatan untuk mengonversikan ke sumber pakan kita,” lanjutnya. Berkat penjelasan dari Imron, seluruh peserta pun semakin mengerti akan pentingnya pohon dan bersama menutup Bikepackers dengan aksi tanam pohon dengan lebih bersyukur

What you can read next