Sehat menjadi tolak ukur bagaimana seorang manusia menjalani hidupnya dengan benar. Sebuah penentu kebahagiaan manusia. Apapun yang di miliki di dunia jika sehat bukan salah satunya tak akan berarti apa apa. Sehat menjalin tali yang terhubung dengan semua kondisi manusia, mempengaruhi mental, sosial, jiwa, dan sampai kehidupan seorang manusia.

Sehat menurut saya pribadi adalah semuanya berkerja secara normal. Sehat tidak melulu soal jasmani namun sehat juga menyangkut jiwa, sosial, hati, dan hubungan kita terhadap sang pencipta. Bagaimana sehat melancarkan segala kegiatan yang di jalani. Maka dari itu sesibuk apapun, saya berusaha menyempatkan waktu untuk menghormati tubuh dengan berolahraga. Minimal satu sampai dua minggu sekali menyempatkan waktu untuk olahraga favorit saya yaitu bersepeda.

Bersepeda bagiku selain sebagai alat transportasi atau olahraga, ia bisa membuat saya berdaya. Kadang kala sepeda adalah teman yang membantu saya bermediasi saat pikiran telah penuh dengan masalah dunia yang membuat frustasi. Bersepeda terutama saat sendiri dapat membangkitkan banyak memori dan merefleksi diri terhadap banyak hal. Bagi saya sepeda adalah teman setia di kala sendiri. Selain mempunyai banyak manfaat untuk diri saya pribadi, bersepeda juga menjadi sarana bersosialisasi, Ia bisa mencairkan suasana dan menghubungkanku kepada teman teman baru. Menutut saya sepeda seperti mewakili banyak kepribadian saya. Sepeda menurut saya adalah lambang kebebasan. Entah kenapa, saya selalu merasa bahagia setiap kali bersepeda.

Sepeda bagiku berekerja seperti gitar. Keduanya sama sama mewakili perasaan saya. Mereka membantuku mencurahkan hati ke dalam sebuah lirik dan syair. Dengan bersepeda segalanya menjadi ringan, begitu pula dengan bermain gitar. Saat bersepeda kepalaku di penuhi bait bait baru, tak jarang sebuah lagu lahir karena aku bersepeda.

Sepeda telah menemani hari hari saya sejak kecil. Teringat saat kakak mengajari bersepeda roda dua. Bahkan saat terjatuh dari sepeda ia mengajariku menahan rasa sakit, bangkit dan mengayuh kembali. Jatuh berkali kali tidak pernah membuat saya kapok bersepeda. Setelah lancar bersepeda roda dua, saya ingat satu satunya murid di taman kanak kanak yang bersekolah dengan bersepeda roda dua hanyalah saya. Sepeda menjadi teman setiaku sampai sekolah dasar.

Sampai dewasa pun aku masih mengalami kecelakan terjatuh dari sepeda. Teringat di tahun 2017 saat mau manggung di Synchronize festival tertabrak bajay di tengah jalan. Memang terdengar menggelikan, tapi hasilnya tangan dan lutut saya lecet, begitu pula smart phone yang saya pasang di stang sepeda untuk GPS juga retak, dan rem sepeda sedikit bengkok. Namun semua itu menjadi kenangan menggelikan yang bisa di kenang di masa depan. Sepeda mengajari saya banyak hal. Dari hal itu juga saya belajar bahwa bersepeda tidak hanya mengajari saya untuk tidak menangis saat terjatuh tapi juga mengajari bagaimana bangkit dari keterpurukan di saat saat yang berat.

Sepeda memberi banyak sekali kenangan tak terlupakan. Salah satu kenangan tidak terlupakan saya mengenai sepeda adalah acara tour indie ride yang saya lakukan bersama Rhesa berserta beberapa crew Endah n Rhesa lainnya. Sebelum mengikuti indie ride aku tidak pernah berkendara keluar kota dengan jarak yang begitu jauh menggunakan sepeda. Namun ternyata kelling kota dengan gowes sangat menyenangkan. Dengan rute Semarang – Jogja dan Malang – Surabaya kami manggung dan bersepeda bersama komunitas lokal.

Manggung di kota Salatiga, Solo, Jogja, Malang, Surabaya Setelah berhasil touring di kota tujuan melewati banyak rintangan di perjalanan. Seperti tanjakan luar biasa di Semarang – Salatiga, cuaca panas plus jalanan berdebu di Gombel dan Bawen yang menguras energi. Kami harus mengambil rute jalan raya karena di kejar waktu. Belum lagi perjalanan di kota Solo sampai Jogja saat hujan menerpa kami di 30 km terakhir. Perjalanan Malang sampai Surabaya terasa lebih santai. Kami sempat mengunjungi masjid Cheng Ho, naik ke atas bukit lumpur lapindo dan merasa sedih sekali dengan keadaan disana, lalu mampir ke pabrik polygon. Bahkan ada fans Endah n Rhesa yang menyusul dan menemani kita bersepeda dari Sidoardjo sampai daerah Waru. Melelahkan memang, tapi itu semua sangan menyenangkan. Apalagi bersepeda dan bermusik adalah dua hal favorit saya dalam hidup, sehingga mengkombinasikan kedua kegiatan tersebut dalam satu agenda adalah hal yang luar biasa. Aku merasa sangat beruntung pernah mengalaminya.

Saya sangat berharap bahwa masyarakat indonesia sadar akan baiknya kebiasaan bersepeda dan pentingnya safety ride. Semoga bersepeda bisa menjadi lifestyle, menjadi hal yang umum dilihat dan dilakunan sehari-hari. Berangkat ke sekolah, ke kampus, atau ke kantor. Semoga kemudian hari insfrastruktur juga bersahabat untuk para pesepeda sehinga pedepeda punya jalurnya sendiri dan bisa leluasa berkendara seperti layaknya kendaraan kendaraan lainnya.

Artikel ini ditulis oleh Afni ( ACTy Team Polygon)

ACTy merupakan komunitas yang terdiri dari 11 anak muda terpilih yang memiliki passion di dunia industri kreatif. Bersama Polygon, kami memiliki semangat dan energi yang sama untuk saling menginspirasi dan menghasilkan karya.

What you can read next