Aku Windi, hari ini merupakan hari pertamaku kerja, kerja itu melelahkan juga ternyata. Aku kemudian menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkanya dengan lega. Sepertinya yang akan kulakukan setelah ini adalah tidur dengan pulas kemudian kembali lagi ke kantor dengan kondisi yang fit dan segar. Kemudian aku menguap dengan suara yang keras, hal ini membuat lega bagiku setelah menguap.

Sambil menaiki sepedaku, aku menoleh ke samping terlihat keramaian dan lampu kelap-kelip. “Wah apaan itu? Festival ya?” kemudian aku melihat jam tanganku yang menunjukan pukul 8. Menurutku masih pukul 8 jadi it’s oke mari bersenang-senang sedikit. Aku bergegas untuk mencari tempat yang aman untuk parker sepdaku.

Sepertinya ini festival jajanan tradisional yang diadakan di sepanjang jalan Ahmad Yani, cukup ramai pengunjung dan hari ini adalah hari terakhir, beruntungnya aku masih bisa menikmati. Terdapat jajanan yang membuatku nostalgia waktu SD, permen kapas, kue leker, krepes, sate usus dan masih banyak lagi. Inginku kubeli semua, tapi apa daya dompet yang masih belum terisi.

Aku kemudian melanjutkan perjalananku untuk mencari sesuatu yang bisa ku makan, aroma semua makanan disini membuatku lapar. Aku sudah tidak tahan lagi, ayo beli sesuatu terserah. Sepertinya antara perut dan keinginanku tidak singkron, keinginanku yang ingin sesuatu yang membuatku kenyang sedangkan perut berkata belilah sesuatu terserah yang penting perut ini terisi.

Kemudian aku meihat es krim putar, tanpa berfikir panjang aku langsung datang kemudian membelinya. Ketika abang penjual memberikanya padaku, aku teringat sesuatu. Saat itu pertama kali aku belajar bersepeda yang masih berumur 5 tahun, ayahku saat itu berlari-lari mengejar arah sepedaku menjagaku agar aku tidak jatuh secara tiba-tiba.

Sepeda itu kukayuh dengan cara menyetir yang masih suka belok kiri dan kanan, rasa takut dan rasa grogi ikut dalam usahaku untuk pertama kali belajar sepeda. Yang paling tidak aku suka adalah ketika jika harus berbelok, aku selalu menabrak didinding, ayahku dengan cekatan menolongku sebelum badanku menyentuh lantai.

Sekarang percobaan kedua, oke aku pasti bisa 1… 2… 3… mulai kukayuh sepedaku dan ayah dibelakangku mengejar laju sepedaku. Yang kubayangkan saat itu adalah seperti ditengah-tengah jembatan yang diharuskan adalah aku harus mengayuh sepedaku dengan lurus dan tidak boleh jatuh. Keringat bercucuran di sekitar wajah dan jantung yang terus memompa ardenalin ini, kumohon untuk kali ini aku pasti bisa.

Bruaakk..

Aku menabrak tiang, yang kulakukan saat itu hanya bisa menangis. Seperti biasa ayah selalu cekatan menolongku, aku menangis karena aku takut ayah marah karena aku masih belum bisa mengendarai sepeda. Ternyata tidak ayah selalu tersenyum kepadaku, kemudian ayah membawaku ke taman dan membelikanku es krim putar.

Setelah itu kami duduk di taman, ayah bercerita kepadaku “inilah kehidupan nak, kau tidak boleh langsung menyerah untuk hal ini, jika kau mudah menyerah maka kau tidak bisa memetik usaha yang saat ini kamu jalani” kata-kata itu sangat bermakna olehku yang kugunakan sampai aku dewasa sekarang.

Percobaan selanjutnya, aku sedikit trauma aku takut jika aku hanya mengulang kejadian yang kulakukan saat itu, tetapi aku tahu kata-kata Ayah selalu didalam benak tertanam dalam-dalam dalam fikiranku. Aku tidak boleh menyerah, aku tahu ayah selalu dibelakangku dan segera menolongku jika aku jatuh. 1.. 2.. 3.. aku bisa, mencoba sedikit demi sedikit mengayuh sepedaku pelan-pelan. Ternyata aku bisa, oke selanjutnya belokan pertama aku pasti bisa melewati ini, daannn aku berhasil melewatinya aku senang sekali saat itu.

Dan percobaan terakhir, ayah masih dibelakangku dan aku mulai mengayuh dengan cepat karena aku sudah biasa belokan pertama aku harap aku bisa menghadapi ini. Aku bisa, akhirnya aku bisa aku langsung mengayuh dengan cepat sepedaku. Aku melihat ke arah belakang biasanya ayah berlari didekatku, ternyata tidak ayah terlihat sangat jauh dengan senyum manisnya yang dilontarkan. Setelah selesai, ayah selalu membelikanku es krim putar.

Sepertinya pengalaman belajar sepedaku meleleh dalam es krim ini, terimakasih ayah. Ini seperti kehidupanku seperti saat ini, hari ini adalah hari pertamaku bekerja kemungkinan ayah pasti sudah menungguku dirumah melontarkan senyuman manisnya kepadaku dan akan selalu menyemangatiku seperti saat ketika aku pertama kali bermain sepeda. Ayah merupakan sosok superhero yang selalu tidak akan membiarkanku jatuh walaupun hal sekecil apapun, Ayah akan selalu menolongku.
Kemudian aku menuntun sepedaku dan memakan es krimku yang mulai leleh. Sampai pada setengah jalan es krimku sudah habis, dan aku mulai ingat bahwa aku belum membeli makanan. Padahal rencana aku datang ke festival jajanan tradisional adalah untuk membeli makan dibuat makan dirumah. Kenapa ini harus terjadi, ah tapi tak apa aku mengingat memori berharga ini.

 

 

Artikel ini ditulis oleh Syahril ( ACTy Team Polygon)

ACTy merupakan komunitas yang terdiri dari 11 anak muda terpilih yang memiliki passion di dunia industri kreatif. Bersama Polygon, kami memiliki semangat dan energi yang sama untuk saling menginspirasi dan menghasilkan karya.

What you can read next