Afos Katana Buktikan Kemampuannya Di Panggung Dunia

Dari kampung halaman di Batu, Afos berhasil membuktikan dirinya hingga ke panggung dunia. 

Nama Afos Katana mungkin sudah akrab di telinga para penggemar sepeda downhill Indonesia. Namun dibalik sorotan kamera dan podium, kisahnya jauh lebih dari sekadar deretan prestasi. Ia tumbuh dari kampung sederhana di Jawa Barat; tempat yang tak pernah membayangkan sepeda bisa jadi jalan menuju dunia.

Perjalanan Afos dimulai dari tanah dengan sawah dan kandang sapi di sekitarnya. Mayoritas warga di kampungnya adalah petani dan peternak sapi. Sejak kecil, Afos terbiasa dengan rutinitas khas pedesaan: membantu keluarga, bermain di jalanan berbatu, dan hidup dengan kesederhanaan yang hangat.

Namun dibalik itu, ada satu hal yang membuatnya berbeda: rasa penasaran pada kecepatan.

Ia ingat betul momen pertama kali melihat orang meluncur di turunan curam dengan sepeda. Ada sesuatu yang menggugah di sana — adrenalin, kebebasan, dan sedikit rasa takut yang justru membuatnya jatuh cinta. Tapi di kampung halamannya, hal seperti itu terdengar tidak masuk akal.

“Untuk menjelaskan tentang pesepeda downhill ini cukup jadi beban buat saya pribadi, karena waktu itu bidang ini belum jelas tujuan dan arahnya.”

Keluarga dan warga kampung melihatnya dengan heran. Apa yang bisa diharapkan dari balapan sepeda MTB menuruni bukit? Tidak ada gaji, tidak ada jaminan masa depan. Bahkan teman-teman sebaya pun sempat menertawakannya.

“Respon teman-teman sebaya saya, sebelumnya memang mereka tidak tertarik di bidang ini karena tidak ada kejelasan.”

Namun, di tengah pandangan skeptis itu, Afos tetap berlatih. Siang malam ia habiskan di lintasan tanah dan bukit sekitar, dengan sepeda seadanya. Tidak ada fasilitas canggih, hanya semangat untuk terus mencoba.

Hingga akhirnya, satu per satu hasil kerja kerasnya mulai terlihat. Ia mulai mengikuti race di luar kota, lalu di luar negeri. Dan setiap kali pulang membawa hasil, pandangan orang-orang di kampung perlahan berubah.

“Sejak saya sering race di luar kota dan di luar negeri, mereka jadi tertarik karena prestasi saya. Mereka mulai respect, support karena prestasi yang saya dapatkan.”

Dari yang dulu menertawakan, kini mereka menaruh hormat. Dari yang ragu, kini mereka bangga.

Afos berhasil mengubah persepsi masyarakat terhadap olahraga ekstrem yang dulu dianggap “tidak jelas arah dan tujuannya.” Kini, downhill menjadi simbol semangat baru di kampungnya. Bahkan, warga ikut mendukung dan ikut bergotong royong ketika ia mengadakan event.

“Sekarang orang-orang di kampung halaman saya sangat mendukung. Karena ini olahraga positif, bisa membawa nama baik kampung juga dengan apa yang sudah saya dapatkan selama ini.”

Dan yang paling berkesan bagi Afos, bukan hanya ketika ia membawa piala pulang, tetapi saat berhasil mengadakan event bertaraf internasional di kampung halamannya sendiri.

Afos Katana Bersama Sepeda Mtb Polygon

Bayangkan, lintasan yang dulu hanya tempat bermain masa kecilnya, kini dipenuhi pembalap dari berbagai negara. Di sisi lintasan, warga kampung yang dulu ragu kini menonton dengan bangga.

Itulah puncak dari perjalanan panjang seorang anak desa yang memilih jalannya sendiri, bukan untuk melawan, tapi untuk membuktikan.


Kejatuhan yang Mengubah Segalanya

Namun hidup jarang berjalan lurus. Di puncak karirnya, tepat saat ia dipercaya menjadi bagian dari tim nasional Indonesia di SEA Games 2013 di Myanmar, hidup memberinya ujian paling berat.

Persiapan Tim Indonesia Di Kompetisi Internasional

Hari itu adalah sesi latihan, run kedua. Cuaca cerah, lintasan menantang, sangat sempurna untuk kecepatan. Afos melaju dengan fokus penuh, menuruni jalur dengan kecepatan tinggi. Tapi dalam sekejap, segalanya berubah.

“Saya melakukan speed cukup tinggi, lalu corner ke kanan. Saya tidak bisa mengontrol sepeda saya sehingga roda depan tersangkut di antara bambu-bambu yang ada di situ. Lalu tulang ekor saya terbentur di antara bambu itu dan saya sempat pingsan kurang lebih 5 menit.”

Ketika ia sadar, yang pertama dirasakannya bukan rasa sakit, tapi ketiadaan. Dari perut ke bawah, tubuhnya tak lagi bisa digerakkan.

Tim medis bergegas menolong. Di paddock Indonesia, mereka menenangkan dan mengatakan bahwa tidak ada cedera serius. Tapi Afos tahu ada yang salah. Ia mencoba bergerak, namun sia-sia. Ia mencoba berdiri, tetap tak bisa.

“Di situ saya dijelaskan bahwa saya tidak mengalami cedera serius, tapi yang saya rasakan tubuh bagian bawah saya tidak bisa digerakkan lagi. Sampai-sampai saya ke toilet pun harus merangkak.”

Detik-detik setelahnya adalah titik paling gelap dalam hidupnya. Dalam diam, ia bertanya pada dirinya sendiri:

“Apakah saya lumpuh dan prestasi saya berhenti di sini?”
“Apakah saya tidak bisa race di kesempatan ini?”

Setiap kata itu terasa berat. Semua yang ia perjuangkan selama bertahun-tahun, seolah lenyap dalam satu benturan. Namun di saat paling rendah, ada sesuatu yang membuatnya bertahan yaitu doa dan semangat dari orang-orang yang percaya padanya.

Keluarganya tak berhenti memberi dukungan. Teman-teman dari komunitas sepeda pun ikut menyemangati dari jauh. Di tengah rasa sakit dan ketidakpastian itu, perlahan-lahan, Afos menolak menyerah.

Ia mulai belajar menggerakkan tubuhnya kembali, sedikit demi sedikit. Dari sekadar mengangkat kaki, hingga berdiri dengan bantuan. Butuh waktu, kesabaran, dan tekad yang luar biasa.

“Saya bangkit, meskipun dengan keadaan lumpuh saya coba berdiri lagi, berjalan pelan-pelan. Mungkin dari semangat saya, doa saya, doa teman-teman dan orang tua saya.”

Dan mukjizat itu datang, bukan tiba-tiba, tapi dari perjuangan tanpa henti. Hanya beberapa waktu setelah kecelakaan, Afos berhasil kembali mengikuti final race SEA Games 2013.

Itu bukan kemenangan dalam arti podium, tapi kemenangan atas dirinya sendiri. Ia membuktikan bahwa tubuh bisa jatuh, tapi semangat tak bisa dipatahkan.

Afos Katana Raih Medali Emas Sea Games 2013

Afos Katana (tengah) berhasil meraih medali emas pada SEA Games 2013 setelah mengalami cedera parah 


Kembali ke Akar

Afos Katana Dan Atlet Sepeda Cilik Binaannya

Afos Katana bersama atlet binaannya, Farhan

Sepulang dari SEA Games, hidup Afos tak lagi sama. Ia tahu batas tubuhnya, tapi ia juga tahu bahwa mimpinya lebih besar dari itu. Kini, ia bukan hanya pesepeda; ia mentor, penggerak komunitas, dan inspirasi bagi banyak anak muda di kampungnya.

Melihat perubahan di sekitarnya, ia merasa haru. Anak-anak yang dulu memandang downhill sebagai hobi aneh, kini menjadikannya cita-cita. Mereka berlatih di lintasan yang dulu ia buat sendiri, dengan sepeda seadanya namun semangat yang sama.

“Yang paling mengesankan adalah saya bisa membuat event bertaraf internasional di kampung saya sendiri.”

Baginya, itu bentuk balas budi untuk tanah tempat ia tumbuh. Ia ingin memberi kembali apa yang dulu memberinya kesempatan bermimpi, walau sedikit orang percaya.

Afos Katana Family Untuk Anak Anak Belajar Jadi Atlet Sepeda

Afos mendirikan Afos Katana Family (AKF) sebagai sarana belajar untuk anak-anak di Malang. 

Kini, setiap kali Afos berdiri di podium, ia bukan hanya membawa nama Indonesia, tapi juga membawa nama kampungnya. Kampung kecil yang dulu hanya dikenal karena hasil tani dan susu sapi, kini dikenal karena melahirkan atlet internasional.

Baca juga:


Dari Jatuh Dua Meter ke Panggung Dunia

Perjalanan Afos Katana bukan kisah tentang kecepatan atau keberanian semata. Ini kisah tentang keyakinan yang diuji, jatuh yang menyakitkan, dan kebangkitan yang luar biasa.

Performa Luar Biasa Afos Katana Dengan Sepeda Mtb Polygon

Dari kampung kecil dengan jalan tanah dan suara sapi di pagi hari, ia melangkah ke panggung dunia. Dari punggung yang terbentur bambu hingga tak bisa bergerak, ia berdiri lagi dan menatap garis finis.

Dan di setiap langkahnya, ia membuktikan satu hal: mimpi tak butuh tempat besar untuk tumbuh, hanya hati yang cukup kuat untuk bertahan.

“Saya cuma pengin nunjukin kalau jatuh bukan alasan buat berhenti.”

Hari ini, ketika orang mendengar nama Afos Katana, mereka mungkin mengenalnya sebagai atlet downhill berprestasi. Tapi bagi kampungnya, ia lebih dari itu. Ia bukti hidup bahwa dari keterbatasan, bisa lahir kekuatan. Dari keraguan, bisa tumbuh keyakinan. Dan dari jatuh dua meter itu, Afos benar-benar terbang ke panggung dunia.

What you can read next