Teks & foto oleh Rizal Affif (@pedallingcoasting)
Catatan perjalanan Bandung – Pangandaran tengah malam
Long ride di malam hari adalah pengalaman yang istimewa.
Sesuai ekspektasi, udara lebih sejuk dan jalanan lebih sepi. Namun ada daya tarik lain pula di sana. Dalam perjalanan menuju Madasari – Pangandaran ini, saya terheran-heran sendiri karena bisa menikmati tanjakan dan perbukitan daerah Cikatomas dengan damai. Di pagi atau siang hari, riding di sini terasa melelahkan dan dipenuhi keluhan. Namun di tengah malam, riding terasa lebih santai, bahkan meditatif. Mungkin karena gelombang otak kita yang secara alamiah bekerja lebih lambat di tengah malam, atau mungkin pula karena kegelapan yang mempersempit fokus kami ke depan, saya tak tahu pasti.
Menyaksikan langit mulai menyala dengan semburat jingga saat kami mencapai tepi pantai, adalah pengalaman istimewa lain dari perjalanan kali ini. Biasanya saya merasa lega bisa beristirahat saat tiba di pantai pada siang atau sore hari. Namun kali ini, keindahan sunrise justru menyemangati kami untuk mengayuh lebih jauh, menjelajahi area sekitar, menikmati indahnya awal hari. Meski sudah mengayuh sepeda selama 9 jam, rasanya perjalanan baru saja akan dimulai.
Tentu saja, pengalaman long ride di malam hari tidak semuanya indah.
Kendala pertama yang kami alami adalah rasa kantuk yang melanda seusai makan tengah malam di Tasikmalaya, pukul 1 dini hari. Untungnya, satu dosis kafein— sebotol kecil minuman energi untuk saya—cukup untuk mengusirnya sampai pagi.
Kendala lainnya adalah masalah keamanan. Jalanan Cikatomas yang sepi relatif bebas kejahatan, namun saya masih khawatir dengan serangan anjing liar. Sayangnya itu pula yang terjadi pada Fajar, riding partner saya kali ini, saat dia sedang asyik mengayuh dan meninggalkan saya jauh di belakang. Barangkali itu karma karena meninggalkan teman 🤪
Kuliner dan Indahnya Pantai: Perpaduan Luar Biasa dari Bersepeda
Madasari-Pangandaran adalah pantai tujuan favorit saya untuk bersepeda.
Bukan pantai terdekat dari Bandung memang, tapi menyediakan banyak fasilitas yang ramah untuk pesepeda, termasuk bus umum yang mengakomodasi loading sepeda untuk pulang.
Dari aspek kuliner, seafood terbaik juga ada di pantai Madasari. Sayangnya kami hanya melewatinya dalam perjalanan kali ini, karena restorannya belum buka saat kami tiba. Tetapi saya memiliki beberapa rekomendasi café untuk menikmati keindahan Pangandaran.
Pantai Batukaras punya sejumlah café dan tempat makan yang memumpuni; kali ini kami mampir ke HangFive Coffee & Surf untuk ngopi dan menikmati smoothies. Pantai Pangandaran, sebaliknya, penuh dengan café yang kurang memuaskan secara harga dan rasa. Namun ada satu café yang berbeda, Tepi Pangandaran. Interiornya yang ber-AC terasa melegakan setelah riding di bawah panas matahari, dan kualitas hidangannya Istimewa – bahkan melampaui banyak café di Bandung.
Daya tarik terbesar dari rute ini, bagi saya, adalah jalan sepanjang 45 km dari pantai Legok Jawa ke pantai Pangandaran. Sayangnya, saya belum menemukan itinerary yang tepat untuk bisa menikmatinya secara maksimal.
Tiba di pantai Legok Jawa saat matahari terbit, dan mendaki bukit kapur dari pantai Madasari ke pantai Batukaras di pagi hari, sungguh terasa nikmat. Namun jalan datar menyusur tepi pantai dari pantai Bojongsalawe ke pantai Pangandaran kurang menyenangkan di siang hari. Pemandangannya menakjubkan, tapi terik mentari terasa perih di kulit dan membuat kami kelelahan. Barangkali ini alasan (pembenaran!) agar saya bisa segera kembali riding ke sana sambil meracik lagi itinerary yang lebih baik.
Kontributor: Rizal Affif
Cycling enthusiast sejak 2012, fokus untuk eksplor daerah Bandung. Mulai mendokumentasikan perjalanan dan eksperimen tentang sepeda di IG sejak 2016 (@pedallingcoasting).
Niat awal share via Instagram dan website untuk jurnal perjalanan pribadi, belakangan juga untuk sharing rute, kesan, sama pemikiran-pemikiran tentang dunia persepedaan, khususnya mixed terrain/all road.