Panas. Terik. Berpasir.

Suasana Emporia, Kansas, Amerika Serikat sangat mendukung untuk ‘menyiksa’ ribuan peserta Unbound Gravel yang dihelat pada 1-2 Juni 2024. Sonny Rafiq salah satunya yang berdiri di barisan lautan peserta itu. Pukul 07.30 waktu setempat, peserta dilepaskan dari garis start untuk menempuh 100 mil atau tepatnya 173 kilometer hingga kembali tiba di Emporia.

Emporia, sebuah kota kecil di jantung Flint Hills, Kansas, menawarkan seluruh keindahan pemandangan hijau Flint Hills, kerikil dan bebatuan, dengan medan tanjakan yang menjadi magnet bagi gravel enthusiast dari seluruh dunia.

Balapan ini awalnya – tahun 2006, dengan nama debut Dirty Kanza – adalah event komunitas di Emporia, dan kemudian terus berkembang menjadi event gravel paling bergengsi sekaligus sebagai ajang World’s Premier Gravel Race. Tak sekadar permainan bagi pemula, Unbound Gravel juga diikuti oleh UCI Gravel Champions dari seluruh dunia.

Rute yang berbeda setiap tahunnya, membuat 4.500 pesepeda berbondong-bondong menaklukkannya. Tahun ini Unbound Gravel menyusuri rute Northbound dengan empat pilihan jarak yang berbeda, yaitu 200, 100, 50, dan 25 mil.

Tentunya, meski dikemas apik menjadi sebuah ajang balap, event ini tidak hanya menyajikan balapan adu siapa yang tercepat, tetapi juga sebagai ajang bertemunya komunitas-komunitas sepeda gravel dari Amerika hingga seluruh dunia.

Salah satunya Sonny Rafiq, atau akrab disapa Sonny, pesepeda asal Indonesia yang sudah tinggal di Amerika sejak tahun 2006 dan sangat aktif di berbagai komunitas sepeda dengan hashtag #GowesDiAmerika yang ia gaungkan.

Persiapan: Kunci Utama Menaklukkan Unbound Gravel Tahun ini

“Ini tahun kedua saya ikut Unbound Gravel. Tahun kemarin hancur, kurang persiapan, kaki kram, persiapan makananan sama minuman kurang ter-planning. Tahun ini alhamdulillah semuanya lancar. Nggak ada mekanikal problem, nggak ada kram seperti tahun kemarin. Cuaca mendukung, tidak hujan seperti tahun kemarin.”

-Sonny Rafiq-

Sonny bersorak dengan tangan terkepal ke atas begitu menyeberangi garis finish Unbound Gravel. Ia berhasil menyelesaikan race-nya dengan waktu 9 jam 6 menit, jauh di bawah cut off time (COT) di waktu 21 jam.

Meski bukan kali pertama turun dalam Unbound Gravel, tetapi ini adalah kali pertamanya berhasil menaklukkan Emporia. Tawanya menandakan syukur atas cuaca dan medan yang sempurna memuluskan semua persiapannya.

Belajar dari kesalahan tahun lalu, ia mempersiapkan race kali ini secara lebih matang. Dari fisik, mental, pola istirahat dan makan, hingga logistik.

Beberapa bulan menjelang race ia mulai menambah rute gowesnya lebih jauh untuk membiasakan fisiknya. Pola tidur teratur dan carbo loading sebelum race sudah pasti tidak ketingglan.

Tak hanya persiapan menjelang race, strategi selama race pun perlu matang dipersiapkan. Cuaca yang terik, tidak ada tempat berteduh, apalagi minimarket, membuat peserta harus pandai mengatur logistik. Jumlah makanan dan minuman yang dibawa, serta kapan waktu untuk istirahat dan mengisi perut pun perlu direncanakan matang-matang sejak awal.

“Selama perjalanan, setiap 30 menit saya harus makan, either snack bar, cookies, gel, dan sebagainya. Dan minum terus karena udaranya panas dan nggak mau kehabisan energi.

Karena perjalanannya cukup panjang, jadi saya nggak terlalu push di awal, buat jaga tenaga. Speed di awal dijaga di 24 Km/jam saja, sampai di aid station pertama di km 86. Selanjutnya diturunkan ke 17 km/jam saja, jaga-jaga biar nggak kram.”

Tantangan terbesarnya bukan di medan maupun sepeda, tetapi di pola pikir selama menaklukkan race.

Sonny Rafiq: Bersepeda dengan Brand Sepeda Indonesia Menjadi Motonya di Amerika

Sonny Rafiq bukan pemain baru lagi dalam dunia bersepeda. Namanya sudah harum dikenal di berbagai komunitas sepeda Amerika Serikat. Pria kelahiran Bandung yang sudah menetap di Virginia sejak tahun 2006 ini sudah melanglang buana bersama sepedanya dengan berbagai medan dan tantangan.

Sebelumnya, ia sudah bikepacking dari Cumberland ke Washington DC sejauh 300 kilometer. Touring dari Cumberland ke Pittsburgh sejauh 250 kilometer. Sepeda Bend R5-nya juga sudah mengecap salah satu ajang Cyclocross di musim dingin dan Bikepacking Touring di musim gugur.

Belum lagi berbagai event XC dengan komunitas lokal Virginia menggunakan sepeda Siskiu D7 miliknya.

Baginya, bersepeda di Amerika – terlebih bersama sepeda asli Indonesia, Polygon Bikes – adalah salah satu kebangaan serta caranya untuk bisa terus mengibarkan Indonesia di Amerika Serikat.

“Saya bangga karena bisa ikut andil di ajang ini sebagai orang Indonesia yang menggunakan produk asli Indonesia.”

Meski segala persiapan sudah matang, race tidak akan berhasil tanpa adanya persiapan dan setting yang tepat pada sepeda. Bersama Polygon Bend R5 kesayangannya, Sonny

Polygon Bend Series: Get Lost, Get Beyond.

Unbound Gravel sukses mengajak pesepeda untuk eksplor lebih jauh, menembus batasan yang tidak mudah dilalui cyclist biasa. Namun banyak dari mereka siap menjawab tantangan ini. Melalu Unbound Gravel dan banyak ajang lainnya, Sonny ingin menguji ketangguhan sepeda Bend R5 miliknya.

“Sepeda Polygon Bend R5 ini sudah saya pakai di balapan Cyclocross juga di Musim Winter dan dipakai untuk Bikepacking Touring di Musim Falls. Jadi, si Bend R5 ini udah kayak pisau lipat swiss army. Benar-benar multiguna.

Karena Unbound Gravel ini yang dulunya dikenal dengan nama Dirty Kanza memang sudah terkenal sebagai World Premier Gravel Race Event, jadi termotivasi untuk menjajal mental dan fisik di ajang ini, dan tentunya juga ingin membuktikan kehandalan produk sepeda Polygon. Yang terbukti nggak ada problem sama sekali selama 2 kali ikutan Unbound.”

Melihat keseruan ini – bahwa rute ‘menyiksa’ justru dinikmati oleh banyak tipikal cyclist di dunia, maka Polygon pun mengembangkan lini sepeda gravel miliknya untuk bisa mengakomodir kebutuhan: kuat, ringan, versatile.

Medan brutal bebatuan-kerikil dipadukan dengan tanjakan membutuhkan ban yang lebih besar untuk melewati obstacle sekaligus carbon rigid fork untuk meredam getaran, namun tetap memperhatikan keringan serta stabilitas sepeda. Bend R7 dan Bend R9X merupakan pemutakhiran dari Bend series sebelumnya, membuatnya lebih versatile dan nyaman di medan lebih berat. Ditambah dengan seri Polygon Bend V9X, seri baru dari keluarga Bend yang menggunakan fork suspension untuk menambah kenyamanan pada medan off-road yang rough.

What you can read next